Kota Semarang
Kota Semarang
Kota Semarang
Peneliti
M. Dalhar
Editor
Praja Firdaus Nuryananda
Bagian dari Provinsi
:
Untuk warga Kota Semarang, selain memilih walikota, kamu juga harus memilih gubernur Provinsi Jawa Tengah.
Untuk warga Kota Semarang, selain memilih walikota, kamu juga harus memilih gubernur Provinsi Jawa Tengah.
Calon Pasangan Kandidat
(2)
:
no.1
Agustina Wilujeng & Iswar Aminuddin
Agustina Wilujeng & Iswar Aminuddin
KOALISI PARTAI
Tidak didukung partai
Koalisi PDIP
Koalisi PDIP
no.2
Yoyok Sukawi & Joko Santoso
Yoyok Sukawi & Joko Santoso
KOALISI PARTAI
+6
+6
Koalisi Kim Plus
Koalisi Kim Plus
Profil daerah
PERMASALAHAN DAERAH
BACA LAINNYA
🗺️ Profil Daerah
Tentang Daerah
Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang adalah pusat perdagangan dan pelabuhan di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki warisan sejarah seperti Kota Lama dan ikon wisata seperti Lawang Sewu.
Jumlah Penduduk
± 1,8 Juta
Luas
373,67 km²
ANGKA PENGANGGURAN (FEB 2024)
4.39 %
-0.85
UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR 2024)
Rp 2,80 Juta
Total Aktivitas ekonomi daerah (pdrb)
Rp 248 Triliun
SEKTOR PENDORONG EKONOMI (2023)
Industri Pengolahan
Rp 71 Triliun
Konstruksi
Rp 65 Triliun
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Rp 32 Triliun
Data diambil dari laporan BPS: "[Seri 2010] PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah), 2022-2023"
Tentang Daerah
Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang adalah pusat perdagangan dan pelabuhan di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki warisan sejarah seperti Kota Lama dan ikon wisata seperti Lawang Sewu.
Jumlah Penduduk
± 1,8 Juta
Luas
373,67 km²
ANGKA PENGANGGURAN (FEB 2024)
4.39 %
-0.85
UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR 2024)
Rp 2,80 Juta
Total Aktivitas ekonomi daerah (pdrb)
Rp 248 Triliun
SEKTOR PENDORONG EKONOMI (2023)
Industri Pengolahan
Rp 71 Triliun
Konstruksi
Rp 65 Triliun
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Rp 32 Triliun
Data diambil dari laporan BPS: "[Seri 2010] PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah), 2022-2023"
Tentang Daerah
Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang adalah pusat perdagangan dan pelabuhan di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki warisan sejarah seperti Kota Lama dan ikon wisata seperti Lawang Sewu.
Jumlah Penduduk
± 1,8 Juta
Luas
373,67 km²
ANGKA PENGANGGURAN (FEB 2024)
4.39 %
-0.85
UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR 2024)
Rp 2,80 Juta
Total Aktivitas ekonomi daerah (pdrb)
Rp 248 Triliun
SEKTOR PENDORONG EKONOMI (2023)
Industri Pengolahan
Rp 71 Triliun
Konstruksi
Rp 65 Triliun
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Rp 32 Triliun
Data diambil dari laporan BPS: "[Seri 2010] PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah), 2022-2023"
Keuangan Daerah
Keuangan Daerah
Keuangan Daerah
⚠️ Isu Sorotan Daerah
Sampah
Iklim dan lingkungan
Sampah, Tanggung Jawab Siapa?
Tahukah kalian sepanjang awal tahun 2024 jumlah sampah di Kota Semarang mencapai 1.000 ton per hari? Bisa dibayangkan jika sampah sebanyak itu tak dikelola dengan baik, pasti muncul masalah yang lebih serius. Mulai dari masalah kesehatan, lingkungan, hingga banjir, lho.
Gimana ya cara mengatasi sampah yang komposisi terbesarnya (72%) berasal dari sampah rumah tangga ini? Ratusan TPS dan bank sampah yang ada di Semarang ternyata belum optimal untuk menyelesaikan persoalan ini. Produksi sampah yang demikian besar masih kerap menjadi penyebab banjir di Semarang. Padahal, sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang seharusnya dapat menjadi percontohan dari kota atau kabupaten yang lain, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. Setuju nggak?!
Pemkot Semarang sebagai pengelola wilayah jelas memiliki tanggung jawab atas persoalan sampah. Hal itu termaktub dalam Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang tahun 2005-2025, yaitu mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastuktur yang berkelanjutan. Jika persoalan sampah hanya diserahkan kepada masyarakat saja, tentu hasilnya kurang optimal. Contohnya yang telah dilakukan oleh para relawan di Sungai Citarum, Semarang. Meski telah dibersihkan berkali-kali, sampah di sungai tetap melimpah.
Oleh sebab itu, perlu ada solusi yang lebih terstruktur dan jangka panjang yang dicanangkan & didukung oleh pemerintahnya. Kira-kira, ada gak ya terobosan dari pemimpin berikutnya? hehehe..
Sampah
Iklim dan lingkungan
Sampah, Tanggung Jawab Siapa?
Tahukah kalian sepanjang awal tahun 2024 jumlah sampah di Kota Semarang mencapai 1.000 ton per hari? Bisa dibayangkan jika sampah sebanyak itu tak dikelola dengan baik, pasti muncul masalah yang lebih serius. Mulai dari masalah kesehatan, lingkungan, hingga banjir, lho.
Gimana ya cara mengatasi sampah yang komposisi terbesarnya (72%) berasal dari sampah rumah tangga ini? Ratusan TPS dan bank sampah yang ada di Semarang ternyata belum optimal untuk menyelesaikan persoalan ini. Produksi sampah yang demikian besar masih kerap menjadi penyebab banjir di Semarang. Padahal, sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang seharusnya dapat menjadi percontohan dari kota atau kabupaten yang lain, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. Setuju nggak?!
Pemkot Semarang sebagai pengelola wilayah jelas memiliki tanggung jawab atas persoalan sampah. Hal itu termaktub dalam Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang tahun 2005-2025, yaitu mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastuktur yang berkelanjutan. Jika persoalan sampah hanya diserahkan kepada masyarakat saja, tentu hasilnya kurang optimal. Contohnya yang telah dilakukan oleh para relawan di Sungai Citarum, Semarang. Meski telah dibersihkan berkali-kali, sampah di sungai tetap melimpah.
Oleh sebab itu, perlu ada solusi yang lebih terstruktur dan jangka panjang yang dicanangkan & didukung oleh pemerintahnya. Kira-kira, ada gak ya terobosan dari pemimpin berikutnya? hehehe..
Sampah
Iklim dan lingkungan
Sampah, Tanggung Jawab Siapa?
Tahukah kalian sepanjang awal tahun 2024 jumlah sampah di Kota Semarang mencapai 1.000 ton per hari? Bisa dibayangkan jika sampah sebanyak itu tak dikelola dengan baik, pasti muncul masalah yang lebih serius. Mulai dari masalah kesehatan, lingkungan, hingga banjir, lho.
Gimana ya cara mengatasi sampah yang komposisi terbesarnya (72%) berasal dari sampah rumah tangga ini? Ratusan TPS dan bank sampah yang ada di Semarang ternyata belum optimal untuk menyelesaikan persoalan ini. Produksi sampah yang demikian besar masih kerap menjadi penyebab banjir di Semarang. Padahal, sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang seharusnya dapat menjadi percontohan dari kota atau kabupaten yang lain, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. Setuju nggak?!
Pemkot Semarang sebagai pengelola wilayah jelas memiliki tanggung jawab atas persoalan sampah. Hal itu termaktub dalam Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang tahun 2005-2025, yaitu mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastuktur yang berkelanjutan. Jika persoalan sampah hanya diserahkan kepada masyarakat saja, tentu hasilnya kurang optimal. Contohnya yang telah dilakukan oleh para relawan di Sungai Citarum, Semarang. Meski telah dibersihkan berkali-kali, sampah di sungai tetap melimpah.
Oleh sebab itu, perlu ada solusi yang lebih terstruktur dan jangka panjang yang dicanangkan & didukung oleh pemerintahnya. Kira-kira, ada gak ya terobosan dari pemimpin berikutnya? hehehe..
Krisis Air Bersih
Iklim dan lingkungan
Gak cuma sampah, tapi juga krisis air bersih di Semarang
Duh… Ternyata Semarang mengalami krisis air bersih di sejumlah daerah! Di musim kemarau kali ini, beberapa titik di Semarang mengalami kesulitan air bersih. Sejak Mei 2024, kekeringan sudah kejadian di beberapa tempat. Bahkan beberapa wilayah sudah langganan mengalami kekeringan. Cuman kok nggak ada perbaikan-perbaikan, yaa? Lokasi terdampaknya antara lain di Rowosari, Wonosari, Cepoko, dan Muktiharjo.
Ratusan KK terdampak krisis air bersih ini! Ada sekitar 80 KK di Perumahan Graha Permata, Muktiharjo, mulai mengalami krisis air bersih. Sementara di Rowosari terdapat 65 KK yang harus ngangsu air sejauh 500 meter. Sebagian sumber air bersih di Semarang didapatkan dari sungai setempat, sedang untuk air minum warga harus membeli air kemasan atau galon isi ulang.
Bulan Agustus lalu, sejumlah wilayah di Kota Semarang mengalami kekeringan. Jumlah air bersih yang telah disediakan Pemkot Semarang sekitar 64 tangki, melalui serapan APBD. Jumlah tersebut masih dianggap belum mencukupi karena kebutuhannya melebihi itu. Sedangkan dana air bersih yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hanya cukup untuk 100 tangki saja.
Masyarakat setempat berharap ada pihak & solusi lain yang turut membantu menyelesaikan masalah air bersih ini. Instalasi dari PDAM juga belum memungkinkan diadopsi seluruh lapisan masyarakat, salah satunya karena faktor ekonomi. Begitu pula dengan penggalian sumur bor yang juga belum memungkinkan karena lapisan tanahnya mungkin mengandung gas. Jadi, ada solusi nggak ya kira-kira dari calon pemimpin Semarang nanti?
Krisis Air Bersih
Krisis Air Bersih
Iklim dan lingkungan
Gak cuma sampah, tapi juga krisis air bersih di Semarang
Duh… Ternyata Semarang mengalami krisis air bersih di sejumlah daerah! Di musim kemarau kali ini, beberapa titik di Semarang mengalami kesulitan air bersih. Sejak Mei 2024, kekeringan sudah kejadian di beberapa tempat. Bahkan beberapa wilayah sudah langganan mengalami kekeringan. Cuman kok nggak ada perbaikan-perbaikan, yaa? Lokasi terdampaknya antara lain di Rowosari, Wonosari, Cepoko, dan Muktiharjo.
Ratusan KK terdampak krisis air bersih ini! Ada sekitar 80 KK di Perumahan Graha Permata, Muktiharjo, mulai mengalami krisis air bersih. Sementara di Rowosari terdapat 65 KK yang harus ngangsu air sejauh 500 meter. Sebagian sumber air bersih di Semarang didapatkan dari sungai setempat, sedang untuk air minum warga harus membeli air kemasan atau galon isi ulang.
Bulan Agustus lalu, sejumlah wilayah di Kota Semarang mengalami kekeringan. Jumlah air bersih yang telah disediakan Pemkot Semarang sekitar 64 tangki, melalui serapan APBD. Jumlah tersebut masih dianggap belum mencukupi karena kebutuhannya melebihi itu. Sedangkan dana air bersih yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hanya cukup untuk 100 tangki saja.
Masyarakat setempat berharap ada pihak & solusi lain yang turut membantu menyelesaikan masalah air bersih ini. Instalasi dari PDAM juga belum memungkinkan diadopsi seluruh lapisan masyarakat, salah satunya karena faktor ekonomi. Begitu pula dengan penggalian sumur bor yang juga belum memungkinkan karena lapisan tanahnya mungkin mengandung gas. Jadi, ada solusi nggak ya kira-kira dari calon pemimpin Semarang nanti?
Toleransi Sosial
Kebudayaan dan Isu Toleransi
Kota kelima paling toleran, tapi pemudanya hobi tawuran
Sejumlah tawuran pemuda kerap terjadi di Kota Semarang. Hal ini cukup ironis, mengingat sejak tahun 2022 Kota Semarang dinobatkan sebagai kota toleransi. Bahkan di tahun 2023 naik ke nomor 5 dari 94 kota di Indonesia. Eh nggak lama, predikat itu terciderai dengan beberapa tawuran antarkelompok di Semarang. Bahkan satu orang tewas dalam peristiwa tersebut. Tragis...
Toleransi perlu digalakkan kembali, bukan hanya di antara para pemeluk agama yang berbeda keyakinan, tetapi juga para generasi muda Semarang. Tak sedikit pelajar SMP di Semarang yang kerap melakukan tawuran, bahkan sampai kedapatan membawa senjata tajam. Penyebab tawuran pun tak jarang hanyalah urusan sepele, yaitu saling ejek dan saling tantang di media sosial. Yang merasakan dampak dari tawuran ini tentu masyarakat, yang kehilangan rasa aman dan nyaman mereka. Selain itu, korban utamanya jelas para pelaku sendiri, yang bisa terluka bahkan kehilangan nyawa kala tawuran.
Mereka yang diamankan mengaku sebagai anggota gangster. Sebelum tawuran mereka berkoordinasi. Mereka juga sengaja menyiapkan senjata tajam, seperti pedang panjang, celurit, bahkan besi berbentuk L yang dipipihkan. Sejak Oktober 2023 sampai Agustus 2024, tercatat sudah ada beberapa kali tawuran antar pemuda di wilayah Semarang. Katanya toleran, tapi koq hobinya tawuran?
Toleransi Sosial
Toleransi Sosial
Kebudayaan dan Isu Toleransi
Kota kelima paling toleran, tapi pemudanya hobi tawuran
Sejumlah tawuran pemuda kerap terjadi di Kota Semarang. Hal ini cukup ironis, mengingat sejak tahun 2022 Kota Semarang dinobatkan sebagai kota toleransi. Bahkan di tahun 2023 naik ke nomor 5 dari 94 kota di Indonesia. Eh nggak lama, predikat itu terciderai dengan beberapa tawuran antarkelompok di Semarang. Bahkan satu orang tewas dalam peristiwa tersebut. Tragis...
Toleransi perlu digalakkan kembali, bukan hanya di antara para pemeluk agama yang berbeda keyakinan, tetapi juga para generasi muda Semarang. Tak sedikit pelajar SMP di Semarang yang kerap melakukan tawuran, bahkan sampai kedapatan membawa senjata tajam. Penyebab tawuran pun tak jarang hanyalah urusan sepele, yaitu saling ejek dan saling tantang di media sosial. Yang merasakan dampak dari tawuran ini tentu masyarakat, yang kehilangan rasa aman dan nyaman mereka. Selain itu, korban utamanya jelas para pelaku sendiri, yang bisa terluka bahkan kehilangan nyawa kala tawuran.
Mereka yang diamankan mengaku sebagai anggota gangster. Sebelum tawuran mereka berkoordinasi. Mereka juga sengaja menyiapkan senjata tajam, seperti pedang panjang, celurit, bahkan besi berbentuk L yang dipipihkan. Sejak Oktober 2023 sampai Agustus 2024, tercatat sudah ada beberapa kali tawuran antar pemuda di wilayah Semarang. Katanya toleran, tapi koq hobinya tawuran?
Pendidikan
Pendidikan dan kesehatan
PPDB ruwet, bagaimana Ini?
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Semarang dipenuhi sederet persoalan. Lho, kok bisa? Ternyata, banyak peserta didik tingkat SD dan SMP yang bisa “mengakali” sekolah pilihan mereka karena sistemnya yang masih amburadul. Mulai dari isu persyaratan pendaftaran sekolah sampai sampai gangguan jaringan, guys! Ini yang bikin banyak orangtua calon siswa mengeluh.
Sinkronisasi data masih tidak jelas dan merugikan masyarakat. Misalnya terkait dengan data siswa SD misalnya. Tahun sebelumnya menggunakan NIK dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), akan tetapi tahun ini menggunakan NIK dari Data Pokok Kependidikan (Dapodik). Walhasil, banyak data yang anomali karena gagal sinkronisasi. Kartu Keluarga yang telah disinkronisasi juga berdampak pada tidak terbacanya data calon siswa pada sistem. Selain itu, ditambah lagi ada beberapa gangguan sistem PPDB selama masa pendaftaran berlangsung. Gimana nggak ngeluh?!
Persoalan lainnya adalah masih tercantumnya sekolah “gaib”. Gaib??! Maksudnya, sekolah ini tuh sudah nggak ada karena digabung atau di-merger dengan sekolah lain. Tapi masih tercatat di sistem. Selain sekolah gaib, ada juga calon siswa gaib, nih. Menurut Komisi Pendidikan Anti Korupsi (KPAK) Jawa Tengah, pemisahan siswa dari jalur zonasi dan prestasi juga berdampak adanya calon siswa baru yang tidak terdeteksi dalam sistem PPDB jalur prestasi. Padahal data prestasi mulai tingkat kecamatan sudah di-upload, tetapi tidak muncul.
Persoalan lainnya, masih ada sejumlah pejabat yang disinyalir mencoba “menitipkan” peserta didik di sekolah tertentu. Meski Walikota Semarang menegaskan “no titip menitip!”, kita masih tetap harus pantau dan kawal ya, supaya PPDB ini bisa menghasilkan pendidikan yang setara, berkeadilan, dan berkelanjutan. Meski sudah rutin dilakukan tiap tahun, ternyata isu PPDB masih menyisakan banyak persoalan di Semarang. Semoga ke depannya sistem ini bisa terus dievaluasi dan diperbaiki, ya!
Pendidikan
Pendidikan
Pendidikan dan kesehatan
PPDB ruwet, bagaimana Ini?
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Semarang dipenuhi sederet persoalan. Lho, kok bisa? Ternyata, banyak peserta didik tingkat SD dan SMP yang bisa “mengakali” sekolah pilihan mereka karena sistemnya yang masih amburadul. Mulai dari isu persyaratan pendaftaran sekolah sampai sampai gangguan jaringan, guys! Ini yang bikin banyak orangtua calon siswa mengeluh.
Sinkronisasi data masih tidak jelas dan merugikan masyarakat. Misalnya terkait dengan data siswa SD misalnya. Tahun sebelumnya menggunakan NIK dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), akan tetapi tahun ini menggunakan NIK dari Data Pokok Kependidikan (Dapodik). Walhasil, banyak data yang anomali karena gagal sinkronisasi. Kartu Keluarga yang telah disinkronisasi juga berdampak pada tidak terbacanya data calon siswa pada sistem. Selain itu, ditambah lagi ada beberapa gangguan sistem PPDB selama masa pendaftaran berlangsung. Gimana nggak ngeluh?!
Persoalan lainnya adalah masih tercantumnya sekolah “gaib”. Gaib??! Maksudnya, sekolah ini tuh sudah nggak ada karena digabung atau di-merger dengan sekolah lain. Tapi masih tercatat di sistem. Selain sekolah gaib, ada juga calon siswa gaib, nih. Menurut Komisi Pendidikan Anti Korupsi (KPAK) Jawa Tengah, pemisahan siswa dari jalur zonasi dan prestasi juga berdampak adanya calon siswa baru yang tidak terdeteksi dalam sistem PPDB jalur prestasi. Padahal data prestasi mulai tingkat kecamatan sudah di-upload, tetapi tidak muncul.
Persoalan lainnya, masih ada sejumlah pejabat yang disinyalir mencoba “menitipkan” peserta didik di sekolah tertentu. Meski Walikota Semarang menegaskan “no titip menitip!”, kita masih tetap harus pantau dan kawal ya, supaya PPDB ini bisa menghasilkan pendidikan yang setara, berkeadilan, dan berkelanjutan. Meski sudah rutin dilakukan tiap tahun, ternyata isu PPDB masih menyisakan banyak persoalan di Semarang. Semoga ke depannya sistem ini bisa terus dievaluasi dan diperbaiki, ya!
Quiz
Mini Survey
Mini Survey
Isunya kurang lengkap? Share isu kamu, nanti kita tambahin 👉
Menurut saya,
Menurut saya,
Isunya kurang lengkap? Share isu kamu, nanti kita tambahin 👉
Isunya kurang lengkap? Share isu kamu, nanti kita tambahin 👉
Baca berita seputar pilkada daerah
Menemukan konten yang kurang sesuai?
Jika kamu menemukan konten kami yang dirasa kurang sesuai, baik dari segi sumber informasi atau data, masukkan feedbackmu melalui feedback form atau kontak kami melalui contact@bijakdemokrasi.id, agar kami dapat mereview ulang.